Senin, 22 Mei 2017

Pengertian Komitmen Organisasional

Cut Zurnali dalam bukunya "Learning Organization, Competency, Organizational Commitment, dan Customer Orientation : Knowledge Worker - Kerangka Riset Manajemen Sumberdaya Manusia pada Masa Depan " (2010) menyatakan bahwa perhatian umum dan tujuan kunci dari unit organisasi SDM adalah untuk mencari pengukuran yang dapat mengestimasikan secara akurat komitmen para pekerjanya dan mengembangkan program-program dan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan komitmen pada organisasi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa kajian penelitian yang luas dalam ilmu psikologi dan manajemen adalah tentang konsep dan peranan komitmen organisasional (organizational commitment). Konstruk ini dikaitkan pada pentingnya kinerja yang dihasilkan dan perputarannya (Hom and Griffeth, 1995). Ketika konstruk komitmen organisasional banyak diperhatikan dalam literatur psikologi dan manajemen, maka hal ini juga menjadi penting dalam bidang yang menyangkut teknologi dan pengembangannya, sehingga pihak manajemen di bidang ini mulai memfokuskan perhatiannya pada konstruk komitmen organisasional ini.
Menurut L. Mathis-John H. Jackson, komitmen organisasi adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan pada akhirnya tercermin dalam ketidakhadiran dan angka perputaran karyawan.

Menurut Griffin, komitmen organisasi (organisational commitment) adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya. Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi.

Menurut Fred Luthan (2005), komitmen organisasi didefinisikan sebagai :
  1. keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu;
  2. keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan
  3. keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan

Dessler memberikan pedoman khusus untuk mengimplementasikan sistem manajemen yang mungkin membantu memecahkan masalah dan meningkatkan komitmen organisasi pada diri karyawan :
  1. Berkomitmen pada nilai manusia: Membuat aturan tertulis, memperkerjakan menejer yang baik dan tepat, dan mempertahankan komunikasi.
  2. Memperjelas dan mengkomukasikan misi Anda: Memperjelas misi dan ideologi; berkharisma; menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai; menekankan orientasi berdasarkan nilai dan pelatihan; membentujk tradisi,
  3. Menjamin keadilan organisasi: Memiliki prosedur penyampaian keluhan yang koprehensif; menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif,
  4. Menciptakan rasa komunitas: Membangun homogenitas berdasarkan nilai; keadilan; menekankan kerja sama, saling mendukung, dan kerja tim, berkumpul bersama,
  5. Mendukung perkembangan karyawan: Melakukan aktualisasi; memberikan pekerjaan menantang pada tahun pertama; memajukan dan memberdayakan; mempromosikan dari dalam; menyediakan aktivitas perkembangan; menyediakan keamanan kepada karyawan tanpa jaminan.
Cut Zurnali (2010) mendefinisikan pengertian komitmen organisasional dengan mengacu pada pendapat-pendapat Meyer and Allen (1993), Curtis and Wright (2001), dan S.G.A. Smeenk, et.al. (2006) dimana komitmen organisasional didefinisikannya sebagai sebuah keadaan psikologi yang mengkarakteristikkan hubungan karyawan dengan organisasi atau implikasinya yang mempengaruhi apakah karyawan akan tetap bertahan dalam organisasi atau tidak, yang teridentifikasi dalam tiga komponen yaitu: komitmen afektif, komitmen kontinyu dan komitmen normatif. Definisi komitmen organisasional ini menarik, dikarenakan yang dilihat adalah sebuah keadaan psikologi karyawan untuk tetap bertahan dalam organisasi. Dan ini dirasa sangat sesuai untuk menganalisis komitmen organisasional para karyawan dalam organisasi bisnis atau organisasi berorientasi nirlaba.

Dimensi-Dimensi Komitmen Organisaional[sunting | sunting sumber]

Berikut akan dipaparkan dimensi-dimensi komitmen organisasional yang dirangkum Cut Zurnali dalam bukunya "Learning Organization, Competency, Organizational Commitment, dan Customer Orientation : Knowledge Worker - Kerangka Riset Manajemen Sumberdaya Manusia pada Masa Depan"(2010).

Dimensi Komitmen Menurut Mowday et.al[sunting | sunting sumber]

Mowday et.al., dalam Curtis, Susan, and Dennis Wright (2001), mengemukakan komitmen telah didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi individu yang berada dalam sebuah organisasi. Curtis and Wright (2001) menjelaskan bahwa konsep ini dapat dipecah menjadi tiga komponen, yaitu:
  1. Keinginan memelihara keanggotaan dalam organisasi;
  2. Keyakinan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi; dan
  3. Kesediaan bekerja keras sebagai bagian dari organisasi

Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Porter et.al.[sunting | sunting sumber]

Porter et.al. dalam Ik-Whan dan Banks (2004), bahwa telah dikembangkan tiga bagian dari definisi komitmen organisasional:
  1. Keyakinan dan penerimaan yang kuat dari tujuan dan nilai organisasi;
  2. Kesediaan untuk bekerja keras sebagai bagian dari organisasi, dan
  3. Keinginan yang kuat untuk mengingat organisasi

Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Newstrom and Davis[sunting | sunting sumber]

Menurut Newstrom and Davis (2002), komitmen organisasional merupakan tingkat dimana individu memihak dan ingin secara kontinyu berpartisipasi aktif dalam organisasi, yang tercermin melalui karakteristik-karakteristi sebagai berikut:
  1. Adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan atas nilai dan tujuan organisasi,
  2. Kesediaan untuk mengusahakan yang terbaik bagi organisasi, dan
  3. Adanya keinginan yang pasti untuk bertahan dalam organisasi.

Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Allen and Meyer[sunting | sunting sumber]

Menurut Cut Zurnali (2010), hal menarik dalam pengertian komitmen organisasional adalah apa yang dikemukakan oleh Durkin (1999:127), bahwa komitmen organisasional merupakan perasaan yang kuat dan erat dari seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi dalam hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian tujuan dan nilai-nilai tersebut. Kemudian dinyatakan bahwa gambaran yang lebih jelas mengenai definisi komitmen organisasional adalah yang dikemukakan oleh Allen and Meyer (1993), yang mengemukakan: "commitment organizational is identified three types of commitment; affective commitment, continuance commitment, and normative commitment as a psychological state “that either characterizes the employee’s relationship with the organization or has the implications to affect whether the employee will continue with the organization".
Lebih lanjut Cut Zurnali (2010) mengemukakan bahwa pendapat Allen and Meyer (1993) ini sering digunakan oleh para peneliti di bidang Ilmu Perilaku Organisasi dan Ilmu Psikologi. Bahwa komitmen organisasional sebagai sebuah keadaan psikologi yang mengkarakteristikkan hubungan karyawan dengan organisasi atau implikasinya yang mempengaruhi apakah karyawan akan tetap bertahan dalam organisasi atau tidak, yang teridentifikasi dalam tiga komponen yaitu:
  1. Komitmen afektif (affective commitment), yaitu: keterlibatan emosional seseorang pada organisasinya berupa perasan cinta pada organisasi.
  2. Komitmen kontinyu (continuance commitment), yaitu: persepsi seseorang atas biaya dan risiko dengan meninggalkan organisasi saat ini. Artinya, terdapat dua aspek pada komitmen kontinyu, yaitu: melibatkan pengorbanan pribadi apabila meninggalkan organisasi dan ketiadaan alternatif yang tersedia bagi orang tersebut.
  3. Komitmen normatif (normative commitment) ), yaitu: sebuah dimensi moral yang didasarkan pada perasaan wajib dan tanggung jawab pada organisasi yang mempekerjakannya.
Secara umum, riset yang berkaitan dengan para karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan tetap tinggal bersama organisasi dikarenakan mereka ingin tinggal (because they want to). Para karyawan yang memiliki komitmen kontinyu yang kuat dikarenakan mereka harus tinggal bersama organisasi (because they have to). Dan para karyawan yang memiliki komitmen normative yang kuat dikarenakan mereka merasa bahwa mereka harus tinggal bersama (because they fell that they have to).
Dalam riset-riset tentang komitmen organisasional yang mencoba menganalisis karyawan-karyawan perusahaan yang dalam menjalankan aktivitas organisasi bersentuhan dengan teknologi informasi dan komunikasi seperti perusahaan telekomunikasi dan informasi, perbankan, pertambangan, pemasaran, konsultan perencanaan, otomotif, semi konduktor, dan bioteknologi, Cut Zurnali (2010) mendefinisikan masing-masing dimensi komitmen organisasional tersebut sebagai berikut:
  1. Komitmen afektif (affective commitment) adalah perasaaan cinta pada suatu organisasi yang memunculkan kemauan untuk tetap tinggal dan membina hubungan sosial serta menghargai nilai hubungan dengan organisasi dikarenakan telah menjadi anggota organisasi.
  2. Komitmen kontinyu (continuance commitment) adalah perasaan berat untuk meninggalkan organisasi dikarenakan kebutuhan untuk bertahan dengan pertimbangan biaya apabila meninggalkan organisasi dan penghargaan yang berkenaan dengan partisipasi di dalam organisasi.
  3. Komitmen normatif (normative commitment) adalah perasaan yang mengharuskan untuk bertahan dalam organisasi dikarenakan kewajiban dan tanggung jawab terhadap organisasi yang didasari atas pertimbangan norma, nilai dan keyakinan karyawan.


Pengertian Pengorganisasian dan Organisasi

Pengorganisasian kata dasarnya adalah organisasi, pengorganisasian ialah pengaturan setelah perencanaan tersebut selesai digarap. Di dalam pengorganisasian, manajer memutuskan posisi-posisi yang perlu diisi serta tugas-tugas dan tanggung jawab yang melekat pada setiap posisi tersebut.
Adapun organisasi adalah merupakan wadah, di mana suatu pengelompokkan orang-orang mendapat tugasnya masing-masing yang tertentu untuk mewujudkan suatu maksud atau tujuan menurut sistem dan wewenang yang telah ditetapkan. Jelasnya organisasi adalah tempat, pengorganisasian adalah pembagian tempat-tempat atau pengkotak-kotakan tempat menjadi lebih kecil. Dengan denmikian berbicara pengorganisasian adalah sama dengan berbicara organisasi. Selanjutnya di dalam modul ini lebih dibahas pada organisasi yang berarti sama dengan pembahasan pengorganisasian.


Beberapa ahli administrasi mengemukakan definisi organisasi, sebagai berikut:
-        Organisasi ialah setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai suatu maksud bersama (James D. Money).
-        Organisasi adalah suatu sistem mengenai kerja sama yang dilaksanakan oleh dua orang atau lebih (Chester/Bernard).
Dari penjelasan di atas bahwa sistem kerja sama yang diatur dengan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu sifatnya menjadi formal. Sistem kerja sama itu mempunyai tujuan tertentu, berlangsung dalam suatu waktu tertentu dan mempunyai identifikasi sendiri.
Jenis kerja sama itu tidak terhitung banyaknya, tetapi dalam garis besarnya dapat dikelompokan menjadi empat kategori:
a.    Yang berhubungan dengan aspek lingkungan fisik.
b.    Yang berhubungan dengan aspek sosial.
c.    Yang berhubungan dengan aspek individual.
d.    Yang berhubungan dengan variabel-variabel lain.
Yang berhubungan dengan aspek lingkungan fisik adalah faktor geografis, faktor sarana-prasarana yang dipergunakan organisasi. Aspek sosial terjadi karena hakekat kerja sama itu sendiri kecuali itu dalam mencapai tujuannya. Organisasi merupakan sub-sistem dari organisasi yang lebih besar sehingga ia mempunyai lingkungan sosial yang lebih luas sesuai dengan hakekatnya itu, aspek sosial selalu ada dalam setiap organisasi.
Aspek individual terdapat dalam organisasi itu sendiri, adalah kelompok individual yang mempunyai interaksi dan sistematik.
Organisasi adalah suatu sistem kerja sama antara dua orang atau lebih yang secara sadar dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Ada beberapa ciri dalam sistem kerja sama itu, yaitu:
1)    Ada komunikasi antara dua orang yang berkeja sama itu.
2)    Individu dalam kerja sama itu mempunyai kemampuan untuk berkerja sama.
3)    Kerja sama itu ditujukan untuk mencapai tujuan.

Bernard menyebut tiga butir itu sebagai elemen organisasi, yaitu:
a.    Kemampuan untuk berkerja sama.
Tidak ada organisasi tanpa individu. Dalam organisasi yang menjadi pokok masalah sebenarnya bukan individu itu, tetapi kemauan mereka untuk berkerja sama.
b.    Tujuan yang ingin dicapai.
Kemauan untuk berkerja sama itu tidak dapat dikembangkan jikalau tidak ada tujuan yang jelas, merupakan elemen yang penting dalam organisasi.
c.    Komunikasi.
Proses kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi dapat dicapai melalui komunikasi. Komunikasi adalah sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai sub-sistem dalam organisasi.
Organisasi yang merupakan wadah atau ajang dari pada manajemen dapat dibedakan dalam dua pengertian:
(1)  Statis: Bahwa organisasi dipandang sebagai suatu struktur usaha.
Dalam pengertian yang statis, organisasi mempunyai pelbagai arti, yaitu:
a)    Suatu pengelompokkan orang-orang yang berkerja sama melaksanakan usaha.
b)    Sebagai sistem kewenangan dan wewenang mana yang memberikan kekuatan bagi setiap petugas/pejabat dalam melakukan tugasnya.
c)    Sebagai sistem pembagian atau distribusi tugas pekerjaan sehingga masing-masing pejabat memegang tugas tertentu.
d)    Sebagai rangka atau struktur dari pada kegiatan-kegiatan kerja.

(2)  Dinamis: Ialah merupakan salah satu fungsi dari manajemen yang disebut organisasi atau pengorganisasian. Hal ini merupakan pendistribusian dari kegiatan-kegiatan kerja.


Unsur-unsur dari pada suatu organisasi, yaitu:
a.    Bentuk atau konfigurasi.
b.    Struktur atau kerangka.
c.    Jabatan-jabatan.
d.    Prinsip-prinsip atau aturan-aturan permainan.

1.    Prinsip-Prinsip Organisasi
Organisasi sebagai suatu sistem kerja sama mempunyai prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip adalah bahan-bahan bangunan dari pada organisasi. Makin banyak prinsip yang dipergunakan, akan makin kompleks sifat dari pada organisasi yang bersangkutan dan akan makin sukar administrasinya.
Lyndall F. Urwick di dalam buku kecilnya “Notes on The Theory of Organization”, mengemukakan adanya sepuluh prinsip organisasi, yaitu:
a.    Principle of The Objective.
Setiap organisasi beserta staf dan bagian-bagiannya harus mempunyai maksud dan tujuan yang jelas, bila tidak maka organisasi itu tidak ada gunanya.
b.    Principle of Specialization.
Kegiatan-kegiatan dari setiap orang warga organisasi sejauh mungkin harus dibatasi kepada satu fungsi saja.
c.    Principle of Coordination.
Maksud dan tujuan pengorganisasian (organizing) adalah justru untuk memungkinkan adanya koordinasi, yakni kesatuan gerak dan upaya.
d.    Principle of Authority.
Dalam tiap organisasi mesti ada pimpinan yang tertinggi. Dari pimpinan tertinggi itu harus ada garis kewenangan yang jelas dan tegas ke bawah, ke semua orang warga organisasi.
e.    Principle of Responsibility.
Atasan bertanggung jawab secara mutlak atas semua perbuatan dari pada bawahannya di dalam rangka fungsi dan tugas orgasnisasi.
f.     Principle of Definition.
Isi dari pada setiap jabatan (posisi) termasuk kewajiban-kewajiban, kewenangannya dan tanggung jawabnya serta tata hubungan dengan jabatan-jabatan (posisi-posisi) lainnya, mutlak harus dirumuskan dengan jelas dan tegas secara tertulis dan di umumkan (disampaikan) kepada semua pihak yang bersangkutan.
g.    Principle of Corespondence.
Dalam tiap jabatan (posisi), kewenangan dan tanggung jawab harus cocok, memadai, setimpal dan sesuai.
h.    Principle of Control.
Setiap orang tidak boleh membawahi (supervise) lebih dari 5 atau 6 orang bawahan yang tugas pekerjaannya berkaitan (inter-locks). Makin sempitspan of control-nya, akan semakin banyak tingkatan-tingkatannya (eselon-eselonnya, level-levelnya, peringkat-peringkatnya). Bila mana jumlah tingkatannya terlalu banyak, maka organisasinya akan menjadi lamban dan kaku. Jadi harus menjadi span yang cukup ringan secara vertikal dan horizontal.
i.      Principle of Balance.
Berbagai unit organisasi yang ada satu sama lain harus saling selalu diseimbangkan.
j.      Principle of Continuity.
Organisasi harus dibuat begitu dinamis sehingga dapat disesuaikan secara terus-menerus (tanpa menggoncangkan suasana) kepada perubahan-perubahan keadaan lingkungan dan tugas.

Minggu, 21 Mei 2017

Gardens by the Bay,Singapura

Gardens by The Bay



Gardens by The Bay
Gardens by The Bay







Gardens by The Bay adalah sebuah taman unik yang berada di sekitar Marina Bay. Seperti selayaknya taman, Gardens by The Bay mempunyai banyak pohon dan tumbuhan hijau, yang membuat unik adalah di sini anda dapat menemukan beberapa pohon buatan raksasa. Pohon-pohon buatan ini terbuat dari baja dan berfungsi untuk menampung air hujan dan juga menampung energi matahari. Pada malam hari, lampu yang dipasang di pohon buatan setinggi gedung bertingkat 16 ini akan menyala, sehingga menjadi sangat indah. Untuk berkeliling di area ini tidak dikenakan biaya, namun bila anda ingin naik dan berjalan-jalan di jembatan yang menghubungkan pohon-pohon buatan ini, anda harus membeli tiket seharga kira-kira 50,000 Rupiah. Selain itu, di area ini terdapat juga Cloud Forest dan Flower Dome yang merupakan tempat konservatori tanaman dan bunga dengan harga tiket sekitar 350,000 Rupiah.

Pier 39,Amerika

 Pier 39

Pier 39
Add caption
Untuk spot dermaga yang paling ramai didatangi wisatawan ketika berada di San Francisco, Pier 39 adalah yang paling terekomendasi. Jika senang berlibur dengan berjalan-jalan sambil cuci mata, tempat ini sangat menarik, apalagi karena di kawasan tersebut wisatawan akan disuguhi pemandangan singa laut yang tengah beristirahat. Siapkan kamera untuk mengabadikan setiap pemandangan unik dan cantik di sana, tapi jangan lupa juga untuk bawa uang yang cukup sebab di sana toko souvenir bertebaran di mana-mana, jadi siapa tahu ingin membeli oleh-oleh sekalian.
Untuk menikmati area dermaga ini tidak dikenakan biaya berapapun alias gratis, dan tempat ini mulai menerima pengunjung mulai dari jam 10 pagi dan tutup pada jam 9 malam. Karena buka sampai malam, tidak ada salahnya untuk datang agak sorean, sekitar jam 4 atau 5 sehingga bisa sepuasnya menikmati pemandangan matahari terbenam.

Pulau Kera,NTT

Pulau Kera


Nama yang sangat unik untuk sebuah pulau, tetapi pulau ini bukanlah dihuni oleh hewan kera. Adapun asal usul nama Pulau Kera adalah berasal dari kata Kea ( bahasa Rote bermakna penyu ), mungkin karena pengucapan lafal saja sehingga menjadi kera. Nah lokasinya terletak di Desa Uiasa, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Pulau ini sudah berpenduduk sejak tahun 1911 dengan bermayoritas suku Bajo yang beragama Islam. Pulau Kera merupakan pulau kecil yang luasnya hanya sekitar 1 km persegi, dengan memiliki pasir pantai berwarna putih dan sedikit berwarna merah. Ketika Anda berlibur di pulau ini ada beberapa kegiatan mengasyikkan seperti diving, snokerling, maupun memancing. Beberapa spot terbaik untuk menikmati keindahan pemandangan sunset juga ada di pulau kecil ini.

Pulau Komodo,NTT

 Pulau Komodo



Pulau Komodo terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur yang dikenal sebagai habitat asli hewan komodo dan juga merupakan kawasan Taman Nasional Komodo. Pulau ini  berada disebelah timur Pulau Sumbawa yang dipisahkan oleh Selat Sape. Secara administratifnya berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Pada tahun 1986, UNESCO menetapkan Pulau Komodo beserta pulau-pulau lain di kawasan Taman Nasional Komodo ( Pulau Rica, Pulau Padar dan Gili Motang ) sebagai warisan dunia, sebab keberadaan komodo yang hanya bisa dijumpai di kawasan tersebut. Pulau Komodo juga mendapatkan penghargaan sebagai New Seven Wonders of Nature, yakni penghargaan untuk 7 tempat wisata alam terbaik di dunia.

Di Pulau Komodo tak hanya berisi binatang komodo saja, tetapi ada banyak binatang lain penghuni pulau ini seperti kuda, rusa, beraneka burung, ular, dsb. Salah satu cara terbaik untuk menikmati keindahan Pulau Komodo adalah melakukan trekking. Perlu diperhatikan saat Anda menjelajah sebaiknya meminta bantuan pemandu.

Kamis, 18 Mei 2017

Arboretum Nyaru Menteng,Klimantan Tengah

. Arboretum Nyaru Menteng
Arboretum Nyaru
Arboretum Nyaru Menteng merupakan kawasan hutan hujan tropis yang ada di kalimantan tengah yang menyimpan banyak jenis flora dan fauna unik yang bisa dilihat terutama spesies pohon hutan rawa. Arboretum Nyaru Menteng luasnya sekitar 65,2 hektare yang merupakan bagian dari bumi perkemahan pramuka adalah kawasan pelestarian plasma nutfah ekosistem hutan rawa di Propinsi Kalteng.